Sedang Belajar

: belum tahu di pedas lada (belum berpengalaman)

Celoteh Kegiatan GTK Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2017 (1)

Seharusnya bahkan saya tak ada dalam kegiatan itu. Pasalnya saya tak punya sertifikat profesi. Sebuah dokumen wajib, sebagai syarat untuk mendaftar.

Jadinya saya mengedepankan rasa menghargai pada pihak yang meminta saya ikut kegiatan ini. Saya mulai paham, mengapa saya sampai ditelepon untuk ikut. Rupa-rupanya banyak guru tak mau ikut kegiatan ini. Alasan keengganan ini beragam: tak memiliki karya tulis, tak mau kumpul portofolio, hingga tak memiliki prestasi. Masih ada satu alasan spesial tersisa: lebih senang kolaborasi daripada berkompetisi dengan orang lain.

Saya membawa dokumen yang ada dengan sebaik-baiknya. Waktu yang mepet disiasati, perjalanan 280 km ke Ibu Kota Kuala Pembuang mesti dijalani. Singkat kisah, Saya dimenangkan oleh juri dan mewakili Seruyan. Padahal, peserta lain memiliki sertifikat pendidik. Belakangan, baru mengerti. Saya, dipersilakan mewakili Kab. Seruyan agar punya bekal pengalaman berkegiatan di tingkat provinsi.

Benar saja. Di hari terakhir penjurian, saya ditelepon dan diminta kembali ke ruangan. Portofolio saya ditelisik lagi. Bolak-balik, lebih dari sekali. “Sertifikat profesinya mana ya, Pak Irfan?” Menukik sekali pertanyaannya. Meledaklah rasa malu. Segera saja, saya meminta maaf untuk mengaramkan perasaan ini.

DSC03445

Pada malam penganugerahan, alhamdulillah saya menjadi runner-up provinsi. Senang, dapat uang untuk beli tiket pulang dari Palangka Raya ke Tangerang. Ditambahi rezeki anak berupa notebook. Saya ucapkan selamat pada juara 1 KS SMP dari Gunung Mas. Seluruh juara I diminta panitia untuk lanjut ke program pembekalan seminggu ke depan. Diam-diam saya ucapkan selamat juga pada si Jeki, tas ransel saya yang sudah berisi baju-baju buat mudik. Lucu rasanya, peserta lain angkut portofolio dalam trolley bag-nya, maka saya bawa cucian kotor pada ransel. Kami berdua sudah lelah pula, menahan rindu yang meluap-luap ganas di perantauan.

Acara yang dihelat pada Ramadan itu dituntaskan dengan tarian lokal yang asyik. Sayangnya, saya tak sempat ingat nama tarian yang disajikan untuk menyembuhkan orang yang sakit itu. Baiklah, kisah mengenai pelaksanaan di tingkat nasional akan disambung pada tulisan berikutnya, Insyaallah. (bersambung)

 

Tinggalkan komentar

Information

This entry was posted on 28 Februari 2018 by in Adagium, Bahan Belajar, Helo Borneo, Pendidikan and tagged , , , , .

Goodreads

Keren Tanpa Rokok

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabung dengan 20 pelanggan lain

kontak via fb

Arsip

Kategori

Pengunjung

  • 109.320 orang

Sedang Berkunjung